Memoriam 80 Tahun Sr.Vincent,OSA
Senin, 17 Juni 2024 sekitar pukul 04.45 wib Yang Maha Kuasa, Duato di Pucok, Sengiang dibawah; telah memanggil orang tua kami, Suster Vincentia OSA. Padahal beberapa hari sebelumnya
saya mendapat foto beberapa suster membuat acara sederhana di ruang perawatan suster Vincent untuk merayakan 60 tahun hidup membiara.
Memang akhir-akhir ini kesehatan beliau menurun. Tanggal 25 Maret 2024 lalu, saya menjenguk beliau yang sudah seminggu dirawat di RS Fatima, Ketapang. Sore sampai malam sekitar 3 jam saya bersama adik dan ponakan yang ada di ketapang, mengobrol menemani beliau. Malam itu beliau ceria dan menurut perawatnya, esoknya sudah bisa keluar rumah sakit.
Ada yang unik ketika saya membesuk beliau ini. Pas mau pulang, saya iseng-iseng nanya beliau, “Julak perlu uang kah”. Beliau jawab, “mau”. Saya setengah terkejut karena tidak menyangka. Syukur ada sedikit uang tunai di dompet dan semuanya saya berikan ke beliau. Tentu sebagai biarawati, seluruh kebutuhan hidup sudah disediakan kongregasi. Namun ada hal-hal sangat pribadi yang tentu beliau perlukan.
Sempat sehat sekitar seminggu, kemudian jatuh sakit lagi. Makin hari makin menurun kesehatan beliau, sampai dalam kondisi tidak sadarkan diri, sampai akhirnya Tuhan memanggil beliau pukul 04.45 wib senin 17 Juni 2024.
Pahlawan bubuhan
Saya mulai kenal beliau ketika masuk SMP Famring Tumbang Titi, Ketapang (kini bernama SMP Pangudi Luhur) tahun 1985. Beliau kalau itu guru di SMP tersebut, mengajar Agama Katolik dan Biologi. Kami anak asrama setiap hari misa pagi, jadi pagi-pagi sudah ketemu beliau. Beliau membantu orang tua membayar uang asrama dan uang sekolah dengan cara susteran, melalui perantara beliau, membeli sayur-sayuran, ayam, daging babi dan sebagainya yang dijual bapak ke susteran Tumbang Titi.
Setamat SMP tahun 1987, saya belum tahu apakah melanjutkan sekolah atau tidak. Selesai ujian, saya pulang kampung. Ketika mendekati masuk awal sekolah bulan Juli 1987, datang ke rumah di kampung Bruder Herman Yosep Sagiman FIC. “Edi, kamu besok berangkat ke ketapang untuk melanjutkan sekolah ke SMA Santo Yohanes (kini SMA PL) dan tinggal di asrama. Gratis,’ujarnya. Saya tanya mengapa? Ternyata menurut Bruder karena saya, bersama Kristoporus Popo dan Leo Yansen (almarhum) mendapat nilai tiga tertinggi NEM SMP. Karena saya pun sangat ingin sekolah, besok diantar umak, kami jalan kaki sehari ke Tumbang Titi. Dari Tumbang Titi naik ojek sepeda motor melalui jalan miting (kini jalan pelang namanya) sehari sampai ke Kota Ketapang, menuju asrama WPK di depan pasar baru dekat Bruderan FIC Ketapang. Akhirnya saya bisa sekolah di sekolah terbaik di kabupaten ketapang kala itu (dan sampai kini), gratis SPP dan gratis uang asrama.
Belakangan saya baru tahu, setelah bertanya ke Suster Vincent, karena suster Bruder Herman teman baik Suster Vincent, Suster Vincent yang juga turut menyampaikan ke para bruder FIC agar persekolahan bruder FIC memberikan beasiswa untuk anak-anak pedalaman yang tidak mampu ekonominya namun berprestasi.
Ketika saya kuliah, suster Vincent membantu saya menghubungkan ke Pastor Yerun Stoop CP (almarhum) untuk membantu biaya daftar ulang kuliah selama 4 tahun (1991-19195). Setiap liburan pergantian tahun ajaran, naik kapal laut dari Pontianak ke Ketapang , selalu menyerahkan copy Kartu Hasl Studi (KHS) disertai biaya daftar ulang ke Pater Yerun di Pastoran Pal Dua. Pulang dari kampung, singgah ke Pater Yerun lagi untuk ambil uangnya. Untuk hidup sehari-hari, saya mendapat beasiswa dari Keuskupan Ketapang, Rp40,000 perbulan. Ini jasa Pater Yerun dan Suster Vincent yang sangat luar biasa dalam perjalanan hidup saya: saya bisa kuliah.
Setelah bekerja, beberapa kali suster Vincent ke rumah, bahkan bermalam karena beliau pernah mendampingi calon-calon suster OSA di Novisiat Batulayang. Saya, isteri dan anak-anak akrab dengan beliau. Meski kemudian beliau kembali ke Ketapang, komunikasi via WEA grup keluarga maupun priibadi berjalan lancar. Beliau selalu memberikan nasehat, mengirimkan video, kutipan kata-kata menyejukkan.
Bagi kami keluarga Besar Timpau-Unah (ayah dan ibu suster), Suster Vincent adalah pahlawan, membuka wawasan, membuka jalan untuk sekolah, untuk berpikir masa depan, untuk berpikir lebih luas. Setiap jadwal cuti, beliau pasti ke kampung bermalam di rumah-rumah saudara, ponakan karena orang tua beliau juga sudah lama berpulang.
Saya sendiri belum sempat bertanya perihal pekerjaan dan hal-hal lainnya tentang beliau. Saya baru tahu kalau beliau PNS ketika tahun 2004 menemani beliau mengurus Dana Taspen di Pontianak.
Terima kasih bang Amon Stefanus yang menulis riwayat hidup Suster Vincent di facebooknya. berikut saya kutipkan artikel tersebut.
Mengenang Sr. Vincentia, OSA: Biarawati yang Menjadi PNS
Di sela-sela istirahat minum teh dalam acara Pelatihan Meditasi Kesehatan tanggal 12 Januari 2024 yang lalu, saya sempat mengobrol dengan Sr. Vincentia, OSA. Beliau cerita cukup panjang lebar tentang perjalanan hidupnya. Rupanya, tadi pagi pukul 04.45 beliau telah berpulang ke Pangkuan Ilahi. Berikut ini biografi singkat beliau yang sempat saya catat.
Sr. Vincentia, OSA, dengan nama kecil Theresia Meli lahir pada 4 Agustus 1944 di Serengkah, Kabupaten Ketapang. Ia adalah seorang suster Ordo St. Augustinus (OSA) yang mengejawantahkan panggilan hidupnya dengan dedikasi dan ketulusan. Melalui perjalanan hidupnya, ia mengukir sejarah sebagai pribadi yang berdedikasi dalam pelayanan dan pembinaan rohani.
Keluarga dan Awal Pendidikan
Putri dari pasangan Yosef Timpau dan Magdalena Unah ini dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih. Sr. Vincentia adalah anak tertua dari enam saudara. Adik-adiknya adalah Lusia, Fransiskus Juheng, Agnes Simi, Aloysius Josa, Najib, dan Minton. Awal pendidikan formalnya dimulai di SD Serengkah pada tahun 1951, meski hanya sampai kelas 4.
Panggilan Menuju Biara
Pergeseran hidup Sr. Vincentia terjadi ketika kelas 5 dan 6, di mana ia pindah ke Tumbang Titi. Di asrama yang dikelola oleh Suster OSA, khususnya di bawah bimbingan Sr. Euphrasia, OSA, keinginannya untuk masuk biara semakin berkembang. Panggilan tersebut semakin mantap ketika ia melihat kehidupan para suster di Biara, terutama oleh pengaruh positif dari Sr. Euphrasia.
Perjalanan Pendidikan dan Pelayanan
Pada tahun 1957, Sr. Vincentia melanjutkan pendidikannya di SKKP Ketapang, yang dikelola oleh Suster OSA. Bersama dengan Sr. Monica, mereka menjadi angkatan pertama di SKKP, yang dipimpin oleh Sr. Clementina, OSA.
Perjalanan pendidikan Sr. Vincentia tidak hanya di dunia sekuler tetapi juga di dunia keagamaan. Pada tahun 1960, ketika kelas 2 SKKP, ia memutuskan untuk berhenti sekolah dan resmi memasuki kehidupan biara.
Pengaruh dan bimbingan Sr. Euphrasia terus mengiringi Sr. Vincentia selama perjalanan kehidupannya menjadi seorang biarawati.
Penerimaan jubah pada tahun 1960, kaul sementara pada tahun 1964, dan kaul kekal pada tahun 1968 menjadi tonggak penting dalam pengabdian hidupnya.
Pendidikan dan Pelayanan Berkelanjutan
Sr. Vincentia melanjutkan pendidikan di SMP Usaba Ketapang pada tahun 1964, di bawah kepemimpinan Br. Salvinus, FIC. Setelah itu, ia melanjutkan studi di SKKA di Malang, tinggal di Biara Susteran Ursulin. Tahun 1970, ia tamat dari SKKA dan langsung melanjutkan ke PGSLTP di Malang. Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, Sr. Vincentia kembali ke Ketapang dan mendapat tanggung jawab sebagai Pimpinan Asrama Bintang Kejora yang dikelola oleh Suster OSA. Tahun 1978, SMP Kartini menggantikan SKKP, dan Sr. Vincentia tetap aktif sebagai pimpinan asrama dan guru hingga tahun 1982.
Pengabdian di Tumbang Titi dan Tanjung
Dari tahun 1982 hingga 1990, Sr. Vincentia pindah tugas ke Tumbang Titi, mengajar di SMP Farming. Di sana, ia membawa cahaya pendidikan dan keagamaan kepada para siswa. Tahun 1990, tugasnya berlanjut di SMP PL Tanjung, dengan dedikasinya dalam mengajar Agama dan PKK.
Peran di Novisiat dan Pensiun
Setelah beberapa tahun mengajar, Sr. Vincentia mengikuti kursus Kepemimpinan Religius di Roncalli, Salatiga, pada tahun 1991-1992. Kemudian, ia menjadi pemimpin Novisiat dan mengajar di SMP Usaba 2 hingga tahun 1994. Meskipun pensiun sebagai PNS pada tahun 2004, Sr. Vincentia terus aktif di Novisiat hingga tahun 2014, membina suster-suster junior.
Perjalanan Lanjutan
Perjalanan hidup Sr. Vincentia terus berlanjut, membawa dedikasinya ke berbagai tempat. Dari Malang hingga Pontianak, Sr. Vincentia terus memimpin dan melayani komunitasnya. Pada tahun 2018, ia membuka biara baru di Balai Berkuak, memberikan tempat yang nyaman bagi pelayanannya. Tahun 2019, Sr. Vincentia kembali ke Ketapang, mengajar para Postulan hingga tahun 2020. Kemudian, pada tahun yang sama, ia masuk Wisma Lansia. Meskipun fisiknya telah menua, namun semangat pelayanannya tetap berkobar.
Menghayati Panggilan Hidup
Dalam kebahagiaannya sebagai seorang suster, Sr. Vincentia merasakan sukacita yang mendalam dalam menghayati panggilan hidupnya. Ia bersyukur atas segala karunia yang Tuhan berikan kepadanya selama perjalanan hidup yang panjang dan penuh berkat. Dedikasi dan pelayanannya yang tak kenal lelah telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, menciptakan jejak yang berarti dalam sejarah hidupnya sebagai seorang biarawati OSA yang berdedikasi.
Selamat jalan Sr. Vincent. Pengabdian, ketulusan dan jasa-jasamu tetap kami kenang. Beristirahat dalam damai di rumah Bapa.**